Monday, May 23, 2011

Friday, May 20, 2011

sosiolinguistik

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
"Kami, putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia", demikianlah bunyi alenia ketiga sumpah pemuda yang telah dirumuskan oleh para pemuda yang kemudian menjadi pendiri bangsa dan negara Indonesia. Bunyi alenia ketiga dalam ikrar sumpah pemuda itu jelas bahwa yang menjadi bahasa persatuan bangsa Indonesia adalah bahasa Indonesia. Kita sebagai bagian bangsa Indonesia sudah selayaknya menjunjung tinggi bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari.
Bahasa adalah alat komunikasi antar anggota masyarakat yang berupa bunyi suara atau tanda/isyarat atau lambang yang dikeluarkan oleh manusia untuk menyampaikan isi hatinya kepada manusia lain
Berbahasa Indonesia dengan baik dan benar mempunyai beberapa konsekuensi logis terkait dengan pemakaiannya sesuai dengan situasi dan kondisi. Pada kondisi tertentu, yaitu pada situasi formal penggunaan bahasa Indonesia yang benar menjadi prioritas utama. Penggunaan bahasa seperti ini sering menggunakan bahasa baku. Kendala yang harus dihindari dalam pemakaian bahasa baku antara lain disebabkan oleh adanya gejala bahasa seperti interferensi, integrasi, campur kode, alih kode dan bahasa gaul yang tanpa disadari sering digunakan dalam komunikasi resmi. Hal ini mengakibatkan bahasa yang digunakan menjadi tidak baik.
1.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah agar pembaca dapat:
a) Memenuhi tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia.
b) Mendeskripsikan penggunaan variasi bahasa.
c) Mendeskripsikan jenis-jenis variasi bahasa dan fungsi bahasa.
1.3 Manfaat
Beberapa manfaat dari penulisan makalah ini adalah:
a) Bagi masyarakat/pembaca
• Dapat dijadikan acuan dalam berkomunikasi.
• Dapat menggunakan berbagai macam variasi bahasa sesuai dengan konteksnya.
b) Bagi mahasiswa
• Dapat dijadikan sebagai bahan kajian belajar dalam rangka meningkatkan prestasi diri pada khususnya pengetahuan pada umumnya.
1.4 Permasalahan
Berdasarkan paparan penyusunan makalah ini, maka diperoleh masalah-masalah sebagai berikut:
a) Apakah pengertian dari variasi bahasa serta jenis-jenisnya.
b) Faktor-faktor apa sajakah yang menyebabkan adanya variasi bahasa.
c) Bagaimanakah cara mengatasi adanya variasi bahasa.




BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Variasi Bahasa
Aslindgf (2007:17) menyatakan bahwa variasi bahasa adalah bentuk-bentuk bagian atau varian dalam bahasa yang masing-masing memiliki pola yang menyerupai pola umum bahasa induksinya. Variasi bahasa di sebabkan oleh adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh masyarakat/kelompok yang sangat beragam dan dikarenakan oleh para penuturannya yang tidak bersifat homogen.
Perubahan bahasa dapat terjadi bukan hanya berupa pengembangan dan perluasan, melainkan berupa kemunduran sejalan dengan perubahan yang dialami masyarakat. Berbagai alasan sosial dan politis menyebabkan banyak orang meninggalkan bahasanya, atau tidak lagi menggunakan bahasa lain. Dalam perkembangan masyarakat modern saat ini, masyarakat Indonesia cenderung lebih senang dan merasa lebih intelek untuk menggunakan bahasa asing. Hal tersebut memberikan dampak terhadap pertumbuhan bahasa Indonesia sebagai jati diri bangsa.
2.2 Macam-macam Variasi Bahasa
Berikut merupakan macam-macam variasi bahasa dilihat dari berbagai segi.
1. Variasi bahasa dari segi penutur
a. Variasi bahasa idioiek
Variasi bahasa idioiek adalah variasi bahasa yang bersifat perorangan. Menurut konsep idioiek. setiap orang mempunyai variasi bahasa atau idioleknya masing-masing.
b. Variasi bahasa dialek
Variasi bahasa dialek adalah variasi bahasa dari sekelompok penutur yang jumlahnya relatif, yang berada pada suatu tempat, wilayah, atau area tertentu. Umpamanya, bahasa Jawa dialek Bayumas, Pekalongan, Surabaya, dan lain sebagainya.
c. Variasi bahasa kronolek atau dialek temporal
Variasi bahasa kronolek atau dialek temporal adalah variasi bahasa yang digunakan oleh sekelompok sosial pada masa tertentu. Misalnya, variasi bahasa Indonesia pada masa tahun tiga puluhan, variasi bahasa pada tahun lima puluhan, dan variasi bahasa pada masa kini.
d. Variasi bahasa sosiolek
adalah variasi bahasa yang berkenaan dengan status, golongan, dan kelas sosial para penuturnya. Variasi bahasa ini menyangkut semua masalah pribadi para penuturnya, seperti usia, pendidikan, seks, pekerjaan, tingkat kebangsawanan, keadaan sosial ekonomi, dan lain scbagainya.
e. Variasi bahasa berdasarkan usia
Variasi bahasa berdasarkan usia yaitu varisi bahasa yang digunakan berdasarkan tingkat usia. Misalnya variasi bahasa anak-anak akan berbeda dengan variasi remaja atau orang dewasa.
f. Variasi bahasa berdasarkan pendidikan
yaitu variasi bahasa yang terkait dengan tingkat pendidikan si pengguna bahasa. Misalnya, orang yang hanya mengenyam pendidikan sekolah dasar akan berbeda variasi bahasanya dengan orang yang lulus sekolah tingkal atas. Demikian pula, orang lulus pada tingkat sekolah menengah, mahasiswa atau para sarjana.
g. Variasi bahasa berdasarkan seks
Variasi bahasa berdasarkan seks adalah variasi bahasa yang terkait dengan jenis kelamin dalam hal ini pria atau wanita. Misalnya, variasi bahasa yang digunakan o!eh ibu-ibu akan berbeda dengan varisi bahasa yang digunakan oleh bapak-bapak.
h. Variasi bahasa berdasarkan profesi, pekerjaan, atau tugas para penutur
Variasi bahasa berdasarkan profesi adalah variasi bahasa yang terkait dengan jenis profesi, pekerjaan dan tugas para penguna bahasa tersebut. Misalnya, variasi yang digunakan oleh para buruh, guru, mubalik, dokter, dan lain sebagninya tentu mempunyai perbedaan variasi bahasa.
i. Variasi bahasa berdasarkan tingkat kebangsawanan
Variasi bahasa berdasarkan lingkal kebangsawanan adaiah variasi yang lerkail dengan lingkat dan kedudukan penuliir (kebangsawanan atau raja-raja) dalam masyarakatnya. Misalnya, adanya perbedaan variasi bahasa yang digunakan oleh raja (keturunan raja) dengan masyarakat biasa dalam bidang kosa kata, seperti kata mati digunakan untuk masyarakat biasa, sedangkan para raja menggunakan kata mangkat.
j. Variasi bahasa berdasarkan tingkat ekonomi para penutur
Variasi bahasa berdasarkan tingkat ekonomi para penutur adalah variasi bahasa yang mempunyai kemiripan dengan variasi bahasa berdasarkan tingkat kebangsawanan hanya saja tingkat ekonomi bukan mutlak sebagai warisan sebagaimana halnya dengan tingkat kebangsawanan. Misalnya, seseorang yang mempunyai tingkat ekonomi yang tinggi akan mempunyai variasi bahasa yang berbeda dengan orang yang mempunyai tingkat ekonomi lemah.
berkaitan dengan variasi bahasa berdasarkan tingkat golongan, status dan kelas sosial para penuturnya dikenal adanya variasi bahasa akrolek, basilek, vulgal, slang, kulokial, jargon, argoi, dan ken. Adapun penjelasan tentang variasi bahasa tersebut adalah sebagai berikut:
1. Akrolek adalah variasi sosial yang dianggap lebih tinggi atau lebih bergengsi darivariasi sosial lainya.
2. Basilek adalah variasi sosial yang dianggap kurang bergengsi atau bahkandipandang rendah.
3. Vulgal adalah variasi sosial yang ciri-cirinya tampak pada pemakai bahasa yangkurang terpelajar atau dari kalangan yang tidak berpendidikan.
4. Slang adalah variasi sosial yang bersifat khusus dan rahasia.
5. Kolokial adalah variasi sosial yang digunakan dalam percakapan sehari-hari yang cenderung menyingkat kata karena bukan merupakan bahasa tulis. Misalnya dok(dokter), prof (profesor), let (letnan), nda (tidak).
6. Jargon adalah variasi sosial yang digunakan secara terbatas oleh kelompok social tertentu. Misalnya, para montir dengan istilah roda gila, didongkrak.
7. Argot adalah variasi sosial yang digunakan secara terbatas oleh profesi tertentu dan bersifat rahasia. Misalnya, bahasa para pencuri dan tukang copet kaca mataartinya polisi.
8. Ken adalah variasi sosial yang bernada memelas, dibuat merengek-rengek penuh dengan kepura-puraan. Misalnya, variasi bahasa para pengemis.
2. Variasi bahasa dari segi pemakaian
Variasi bahasa berkenaan dengan pemakaian atau funsinya disebut fungsiolek atau register adalah variasi bahasa yang menyangkut bahasa itu digunakan untuk keperluan atau bidang apa. Misalnya bidang jurnalistik, militer, pertanian, perdagangan, pendidikan, dan sebagainya. Variasi bahasa dari segi pemakaian ini yang paling tanpak cirinya adalah dalam hal kosakata. Setiap bidang kegiatan biasanya mempunyai kosakata khusus yang tidak digunakan dalam bidang lain. Misalnya, bahasa dalam karya sastra ataupun jurnalistik juga mempunyai ciri tertentu.
3. Variasi bahasa dari segi keformalan
Variasi bahasa berdasarkan tingkat keformalannya, Chaer (2004:700) membagi variasi bahasa atas lima macam gaya, yaitu:
a. Gaya atau ragam beku (frozen)
Gaya atau ragam beku adalah variasi bahasa yang paling formal, yang digunakan pada situasi-situasi hikmat, misalnya dalam upacara kenegaraan, khotbah, dan sebagai nya.
b. Gaya atau ragam resmi (formal)
Gaya atau ragam resmi adalah variasi bahasa yang biasa digunakan pada pidato kenegaraan, rapat dinas, surat-menyurat, dan lain sebagainya.
c. Gaya atau ragam usaha (konsultatif)
Gaya atau ragam usaha atau ragam konsultatif adalah variasi bahasa yang lazim dalam pembicaraan biasa di sekoiah, rapat-rapat, atau pembicaraan yang berorientasi pada hasil atau produksi.
d. Gaya atau ragam santai (casual)
Gaya bahasa ragam santai adalah ragam bahasa yang digunakan dalam situasi yang tidak resmi untuk berbincang-bincang dengan keluarga atau teman karib pada waktu istirahat dan sebagainya.
e. Gaya atau ragam akrab (intimate)
Gaya atau ragam akrab adalah variasi bahasa yang biasa digunakan leh para penutur yang hubungannya sudah akrab. Variasi bahasa ini biasanya pendek-pendek dan tidak jelas.
f. Variasi bahasa dari segi sarana
Variasi bahasa dapat pula dilihat dari segi sarana atau jalur yang digunakan. Misalnya, telepon, telegraf, radio yang menunjukan adanya perbedaan dari variasi bahasa yang digunakan.
2.3 Sebab-sebab Adanya variasi Bahasa
Beberapa penyebab adanya variasi bahasa adalah sebagai berikut :
1. Interferensi
Chaer (1994: 66) memberikan batasan bahwa interferensi adalah terbawa masuknya unsur bahasa lain ke dalam bahasa yang sedang digunakan sehingga tampak adanya penyimpangan kaidah dari bahasa yang digunakan itu.
Bahasa daerah masih menjadi proporsi utama dalam komunikasi resmi sehingga rasa cinta terhadap bahasa Indonesia harus terkalahkan oleh bahasa daerah.
Alwi, dkk.(eds.) (2003: 9), menyatakan bahwa banyaknya unsur pungutan dari bahasa Jawa, misalnya dianggap pemerkayaan bahasa Indonesia, tetapi masuknya unsur pungutan bahasa Inggris oleh sebagian orang dianggap pencemaran keaslian dan kemurnian bahasa kita. Hal tersebut yang menjadi sebab adanya interferensi.
Selain bahasa daerah, bahasa asing (baca Inggris) bagi sebagian kecil orang Indonesia ditempatkan di atas bahasa Indonesia.
Penggunaan bahasa Inggris di ruang umum telah menjadi kebiasaan yang sudah tidak terelakkan lagi. Hal tersebut mengkibatkan lunturnya bahasa dan budaya Indonesia yang secara perlahan tetapi pasti telah menjadi bahasa primadona. Misalnya, masyarakat lebih cenderung memilih “pull” untuk “dorong” dan “push” untuk “tarik”, serta “welcome” untuk “selamat datang”.
2. Integrasi
Selain interferensi, integrasi juga dianggap sebagai pencemar terhadap bahasa Indonesia. Chaer (1994:67), menyatakan bahwa integrasi adalah unsur-unsur dari bahasa lain yang terbawa masuk sudah dianggap, diperlakukan, dan dipakai sebagai bagian dan bahasa yang menerima atau yang memasukinya. Proses integrasi ini tentunya memerlukan waktu yang cukup lama, sebab unsur yang berintegrasi itu telah disesuaikan, baik lafalnya, ejaannya, maupun tata bentuknya. Contoh kata yang berintegrasi antara lain montir, riset, sopir, dongkrak.
3. Alih Kode dan Campur Kode
Alih kode adalah beralihnya penggunaan suatu kode (entah bahasa atau ragam bahasa tertentu) ke dalam kode yang lain (bahasa atau bahasa lain) (Chaer, 1994: 67). Campur kode adalah dua kode atau lebih digunakan bersama tanpa alasan, dan biasanya terjadi dalam situasi santai (Chaer, 1994: 69). Di antara ke dua gejala bahasa itu, baik alih kode maupun campur kode gejala yang sering merusak bahasa Indonesia adalah campur kode.
Biasanya dalam berbicara dalam bahasa Indonesia dicampurkan dengan unsur-unsur bahasa daerah, begitu juga sebaliknya. Dalam kalangan orang terpelajar seringkali bahasa Indonesia dicampur dengan unsur-unsur bahasa Inggris.
4. Bahasa Gaul
Bahasa gaul merupakan salah satu cabang dari bahasa Indonesia sebagai bahasa untuk pergaulan. Istilah ini mulai muncul pada akhir ahun 1980-an. Pada saat itu bahasa gaul dikenal sebagai bahasanya para bajingan atau anak jalanan disebabkan arti kata prokem dalam pergaulan sebagai preman.
Sehubungan dengan semakin maraknya penggunaan bahasa gaul yang digunakan oleh sebagian masyarakat modern, perlu adanya tindakan dari semua pihak yang peduli terhadap eksistensi bahasa Indonesia yang merupakan bahasa nasional, bahasa persatuan, dan bahasa pengantar dalam dunia pendidikan.
Penggunaan bahasa gaul menjadi lebih dikenal khalayak ramai setelah Debby Sahertian mengumpulkan kosa-kata yang digunakan dalam komunitas tersebut dan menerbitkan kamus yang bernama Kamus Bahasa Gaul pada tahun 1999.
Contoh penggunaan bahasa gaul sebagai berikut :
Bahasa Indonesia Bahasa Gaul (informal)
Aku, Saya Gue
Kamu Elo
Di masa depan kapan-kapan
Apakah benar? Emangnya bener?
Tidak Gak
Tidak Peduli Emang gue pikirin!
2.4 Cara Mengatasi adanya Variasi Bahasa
Terdapat beberapa langkah mengatasi adanya variasi bahasa di sekitar kita, diantaranya sebagai berikut:
1. Menjadikan lembaga pendidikan sebagai basis pembinaan bahasa
Dunia pendidikan yang syarat pembelajaran dengan media bahasa menjadikan bahasa sebagai alat komunikasi yang primer. Sejalan dengan hal tersebut, bahasa baku merupakan simbol dalam dunia pendidikan dan cendekiawan. Penguasaan Bahasa Indonesia yang maksimal dapat dicapai jika fundasinya diletakkan dengan kokoh di rumah dan di sekolah atau tempat-tempat formal lainnya.
2. Perlunya pemahaman terhadap bahasa Indonesia yang baik dan yang benar
Kurangnya pemahaman terhadap variasi pemakaian bahasa berimbas pada kesalahan penerapan berbahasa. Secara umum dan nyata perlu adanya kesesuaian antara bahasa yang dipakai dengan tempat berbahasa. Tolok ukur variasi pemakaian bahasa adalah bahasa Indonesia yang baik dan benar dengan parameter situasi.
3. Diperlukan adanya undang-undang kebahasaan
Dengan adanya undang-undang penggunaan bahasa diarapkan masyarakat Indonesia mampu menaati kaidahnya agar tidak mencintai bahasa negara lain di negeri sendiri.
4. Peran variasi bahasa dan penggunaannya
Penggunaan variasi bahasa harus disesuaikan dengan tempatnya (diglosia), yaitu antara bahasa resmi atau bahasa tidak resmi.
a. Variasi bahasa tinggi (resmi)
Digunakan dalam situasi resmi seperti, pidato kenegaraan, bahasa pengantar pendidikan, khotbah, suat menyurat resmi, dan buku pelajaran. Variasi bahasa tinggi harus dipelajari melalui pendidikan formal di sekolah-sekolah.
b. Variasi bahasa rendah
Digunakan dalam situasi yang tidak formal, seperti di rumah, di warung, di jalan, dalam surat-surat pribadi dan catatan untuk dirinya sendiri. Variasi bahasa ini dipelajari secara langsung dalam masyarakat umum, dan tidak pernah dalam pendidikan formal.
5. Menjunjung tinggi bahasa Indonesia di negeri sendiri
Sebenarnya apabila kita mendalami bahasa menurut fungsinya yaitu sebagai bahasa nasional dan bahasa negara, maka bahasa Indonesia merupakan bahasa pertama dan utama di negara Republik Indonesia.
Bahasa daerah yang berada dalam wilayah republik bertugas sebagai penunjang bahasa nasional, sumber bahan pengembangan bahasa nasional, dan bahasa pengantar pembantu pada tingkat permulaan di sekolah dasar di daerah tertentu untuk memperlancar pengajaran bahasa Indonesia dan mata pelajaran lain. Jadi, bahasa-bahasa daerah ini secara sosial politik merupakan bahasa kedua.
Berbeda dengan bahasa-bahasa negara lain, dalam kedudukannya sebagai bahasa asing, bahasa-bahasa terebut bertugas sebagai sarana perhubungan antarbangsa, sarana pembantu pengembangan bahasa Indonesia, dan alat untuk memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi modern bagi kepentingan pembangunan nasional. Jadi, bahasa-bahasa asing ini merupakan bahasa ketiga di dalam wilayah negara Republik Indonesia.









BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Variasi bahasa merupakan salah satu gejala bahasa yang dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan bahasa Indonesia dianggap sebagai penyimpangan terhadap bahasa. Hendaknya penggunaan variasi bahasa dalam kehidupan sehari-hari harus di sesuaikan dengan konteks penggunaannya. Kurangnya kesadaran untuk mencintai bahasa di negeri sendiri berdampak pada tergilasnya atau lunturnya bahasa Indonesia dalam pemakaiannya dalam masyarakat.
Salah satu kebijakan untuk tetap melestarikan bahasa nasional adalah pemerintah bersama segenap lapisan masyarakat menjunjung tinggi bahasa Indonesia agar tetap menjadi bahasayang dapat dibanggakan dan sejajar dengan bahasa-bahasa di seluruh dunia.
3.2 Saran
Kami sebagai penulis makalah ini menyarankan kepada para pembaca agar dapat menggunakan barbagai variasi bahasa sesuai dengan konteks dan tempatnya.
Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, segala macam kritik dan saran yang bersifat membangun akan kami terima, guna sempurnanya makalah ini.




DAFTAR PUSTAKA
Aslinda dan Syafyahya, Leni .2007. Pengantar Sosiolingistik. Bandng: Refika Aditama
Chaer, Abdul dan Leoni Agustina .1995. Sosiolingistik Perkenalan Awal. Jakarta : Rineka Cipta
Wijana,dewa putu dan Rohmadi, Muhammad.200 . Sosiolingistik Kajian Teori dan Analisis. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta. Rineka Cipta.
Alwi,dkk (eds). 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.











MAKALAH
VARIASI BAHASA










OLEH

Kelompok 3
1. Bq. Maesarah ( EIC 008 027 )
2. Asmiatun ( EIC 008 0 )
3. Indra Saputra ( EIC 008 005 )
4. Fitria Nurdin ( EIC 008 004 )
5. Siti Rohana ( EIC 007 0 54)
6. Rijal Ramli ( EIC 00 )



BAHASA,SASTRA INDONESIA DAN DAERAH
JURUSAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM

Tuesday, May 10, 2011

MENGINTIP CERITA BAU NYALE

FESTIVAL BAU NYALE
Nyale adalah sejenis cacing laut yang biasa hidup di dasar air laut, seperti di lubang-lubang batu karang. Festival Bau Nyale ini diadakan setiap tanggal dua puluh bulan kesepuluh dalam penanggalan Sasak atau lima hari setelah bulan purnama. Biasanya jatuh pada bulan Februari / Maret
Upacara Bau Nyale sudah menjadi tradisi masyarakat setempat yang sulit untuk ditinggalkan, sebab mereka meyakini bahwa upacara ini memiliki tuah yang dapat mendatangkan kesejahteraan bagi yang menghargainya dan mudarat (bahaya) bagi orang yang meremehAcara inti dalam festival ini adalah menangkap nyale yang hanya muncul setahun sekali di beberapa lokasi tertentu di Pantai Selatan Pulau Lombok. Nyale akan muncul pada pertengahan malam hingga menjelang subuh.
Menurut keyakinan masyarakat Sasak, Annelida laut yang sering juga disebut cacing palolo (Eunice Fucata) ini dapat membawa kesejahteraan dan keselamatan, khususnya untuk kesuburan tanah pertanian agar dapat menghasilkan panen yang memuaskan. Apabila banyak Nyale yang keluar, hal itu menandakan pertanian penduduk akan berhasil.
Nyale yang telah mereka tangkap di pantai, biasanya mereka taburkan ke sawah untuk kesuburan padi. Selain itu, Nyale tersebut mereka gunakan untuk berbagai keperluan seperti santapan (Emping Nyale), lauk-pauk, obat kuat dan lainnya yang bersifat magis sesuai dengan keyakinan masing-masing.
Konon, Pada zaman dahulu kala di sepanjang Pantai Selatan terdapat Kerajaan Tonjang Beru dipimpin oleh seorang Raja yang memiliki putri cantik bernama Putri Mandalika.
Kecantikannya banyak memukau pangeran-pangeran di Pulau Lombok. Karena banyaknya pinangan terhadap dirinya dan Putri Mandalika tidak bisa memilih salah satu diantara mereka, Sang Putri memutuskan untuk menceburkan diri ke Pantai Selatan dan berjanji akan kembali setahun sekali. Sesuai dengan perkataannya, ia kembali setiap tahun namun dalam bentuk nyale.kannya.
Sebelum perayaan inti dimulai, ada kesenian dan acara tradisional yang dipentaskan. Pengunjung pada sore hari mendirikan tenda-tenda kecil untuk peristirahatan sejenak. Dari tenda ini ,bisa menyaksikan Betandak (berbalas pantun), Bejambik (pemberian cendera mata kepada kekasih), serta Belancaran (pesiar dengan perahu). Dan tak ketinggalan pula, digelar drama kolosal Putri Mandalika.

Banyak pengunjung yang datang ke Pulau Lombok dari berbagai tempat hanya untuk menyaksikan suasana riuh dan ramai ketika menangkap nyale. Pada festival ini tampak suasana kebersamaan dimana masyarakat membaur menjadi satu dengan lainnya mencari nyale secara masif.

Anda juga diperbolehkan berpartisipasi untuk mencari nyale di lokasi ini.
Jika beruntung, anda akan mendapatkan banyak nyale yang menurut penelitian, nyale memiliki kadar protein tinggi dan mampu mengeluarkan zat yang terbukti bisa membunuh kuman-kuman. Cara memasak nyale yang umum di kalangan masyarakat Lombok adalah dengan membungkus nyale dengan daun pisang dan kemudian membakarnya, yang biasa disebut pepes.

Nyale selalu muncul di pantai Selatan Lombok Tengah tepatnya di 16 titik pantai yang memanjang sejauh puluhan kilometer dari arah Timur hingga Barat, seperti pesisir Pantai Kaliantan, Pantai Kuta, dan Pantai Selong Belanak. Pantai-pantai ini dikelilingi oleh deretan perbukitan. Namun, lokasi yang paling ramai dikunjungi para pelancong adalah Pantai Seger yang berlokasi di Desa Kuta, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat, Indonesia.Untuk menju kawasan ini (desa Kuta), bisa menggunakan transportasi umum dari Terminal Mandalika Kota Mataram menuju Praya (Ibukota Kabupaten Lombok Tengah) yang berjarak kurang lebih 30 km. Dari sana tidak ada yang langsung menuju lokasi wisata, karenanya anda bisa menyewa mobil menuju Desa Kuta.
Jangan lupa sediakan adalah: senter, jaring, dan tempat penyimpanan nyale. Namun biasanya banyak warga setempat yang menyediakan perlatan tersebut.
Fasilitas motel dan penginapan sederhana yang didirikan sekitar lokasi wisata. Selain itu banyak juga kios-kios kecil dan restaurant yang menawarkan aneka masakan khas Pulau Lombok.
Tradisi menangkap Nyale (BAU NYALE) dipercayai timbul akibat pengaruh keadaan alam dan pola kehidupan masyarakat tani yang mempunyai kepercayaan yang mendasar akan kebesaran Tuhan, menciptakan alam dgn segala isinya termasuk binatang sejenis Anelida yang disbt Nyale. Kemunculannya di pantai Lombok Selatan yang ditandai dengan keajaiban alam sebagai rahmat Tuhan atas mahluk ini.
Beberapa waktu sebelum Nyale keluar hujan turun deras dimalam hari diselingi kilat dan petir yang menggelegar disertai dengan tiupan angin yg sangat kencang. Diperkirakan pada hari keempat setelah purnama, malam menjelang Nyale hendak keluar, hujan menjadi reda, berganti dengan hujan rintik-rintik, suasana menjadi demikian tenang,
Pada dini hari Nyale mulai menampakkan diri bergulung-gulung bersamaan ombak yang gemuruh memecah pantai, dan secepatnya itu pula Nyale berangsur-angsur lenyap dari permukaan laut bersamaan dengan fajar menyingsing di ufuk timur.

PUISI

KEBUN LARAS DI JOGJA
bermalam di kebun laras
tidak terasa jarum jam telah menunjukkan pukul 4
seperti inikah suasana di kebun laras
SElalu di penuhi
mereka yang haus informasi dan ilmu pengetahuan
disini bebas area mencari informasi
karena di tempat ini free internetan.
sarah,rabu 11 mei 2011
yogyakarta

komitmen pemimpin sejati

Aku  akan menerima tanggung jawab atas kepercayaan yang dihadiahkan orang-orang kepada diriku, lalu aku akan menajamkan penglihatanku, tidak saja untuk melihat realitas faktual dengan mata fisik. tetapi terlebih penting lagi untuk melihat semua itu dengan mata budi dan mata batin.
aku akan mengurangi jam tidur dan waktu untuk bersenang-senang untuk merenungi hakekat diriku, serta bagaimana aku harus mengekspresikan semua itu demi kepentingan mencapai tujuan bersama.


 Aku akan  membawa konstituenku untuk terus belajar di "Uiversitas Besar Kehidupan",sehingga Aku bisa menciptakan organisasai pembelajar. aku akan menjadikan diriku ini sejati, berintegritas, visioner dalam kehidupan nyata, yang bukan virtual, bukan hyper-real, tapi yang esensial dan real.